Harapan akan segera berakhirnya pandemi corona dan hidup normal lagi, kembali muncul. Karena sejumlah vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hingga saat ini, Indonesia telah mengamankan 3 dari 10 kandidat vaksin Corona potensial di dunia. Tetapi, “Bagaimana perkembangan vaksin tersebut?”, “Seberapa efektifkah kinerjanya?”, dan “Siapa saja yang berhak divaksinasi untuk pertama kali?” hal inilah yang masih menjadi keingintahuan bersama.
Oleh sebab itu, kami (BEM UNTAR) membuat kajian tentang kandidat-kandidat vaksin COVID-19 yang menjadi secercah harapan di kala pandemi.
"Pandemi ini hanya bisa diakhiri kalau dunia memiliki vaksin yang efektif."
- Wakil Presiden Ma'ruf Amin
LATAR BELAKANG
Kasus infeksi COVID-19 secara global sudah menembus angka 53 juta. Kasus kematian akibat COVID-19 pun semakin mendekati angka 1,3 juta. Kasus yang terus melonjak membuat umat manusia semakin berharap pada kehadiran vaksin yang efektif dan aman. WHO mencatat per 19 Oktober ada 44 kandidat vaksin COVID-19 yang dievaluasi secara klinis. Sebanyak 10 kandidat diantaranya sudah mencapai fase akhir uji klinis. Indonesia sendiri sejauh ini telah mengembangkan beberapa vaksin. Sayangnya, belum ada satupun yang terbukti ampuh.
Vaksin ini diharapkan dapat meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus. Sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran dan jumlah penderita virus COVID-19 dapat mengalami penurunan. Dengan catatan, vaksin tersebut harus aman, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal tersebut sangat penting karena dalam sejarah produksi vaksin, terdapat beberapa situasi kontaminasi dengan virus lain, untungnya tanpa konsekuensi besar. Dan vaksin tidak hanya harus aman, tetapi juga efektif. Dari beberapa teknologi yang digunakan dalam pembuatan vaksin sangat baru sehingga memerlukan pengujian yang sangat hati-hati.
Rendahnya Kesadaran Masyarakat
Dalam Penanganan Pandemi COVID-19 berbagai upaya terus dilakukan agar masyarakat mau menaati protokol kesehatan demi keselamatan bersama. Salah satunya pengenaan denda bagi yang melanggar. Seiring dengan diberlakukannya denda tersebut, pemerintah juga terus berupaya dalam memberikan masker secara gratis, memperbanyak tempat cuci tangan, dan memberi jarak aman dalam melakukan aktivitas. Tidak hanya itu, upaya dalam mengedukasi masyarakat pun terus digencarkan oleh pemerintah. Namun, segala upaya terasa sia-sia karena masyarakat yang belum menyadari protokol hidup sehat, hanya patuh ketika diawasi. Ironisnya malah terjadi perlawanan antara petugas dan masyarakat tersebut.
Melihat tingkat kepatuhan dan kondisi penyebaran virus COVID-19 yang sudah terlalu lama dan tidak terbendung lagi, masyarakat dan pemerintah menaruh harapan besar pada penemuan vaksin. Adanya vaksin diharapkan dapat menjadi solusi dan menyudahi pandemi ini.
PEMBAHASAN
Apa itu Vaksin?
Vaksin merupakan zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin biasanya terdiri dari berbagai jenis dan kandungan, dimana masing-masing vaksin tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit yang berbahaya. Vaksin mengandung bakteri, racun, atau virus penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau sudah dimatikan. Saat dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi. Proses pembentukan antibodi ini disebut imunisasi.
Bagaimana Proses Pembuatan Vaksin?
Pembuatan vaksin memiliki lima tahap sebelum memasuki masa produksi secara massal, vaksin harus melewati lima tahap berikut.
Setelah kandidat vaksin lolos uji klinis fase 3, barulah akan dibuat Surat permohonan Izin Edar Vaksin yang diajukan kepada otoritas yang berwenang, kalau di Indonesia, surat ini akan diajukan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pada proses pengajuan izin vaksin ini, BPOM akan melakukan analisa yang membandingkan antara efikasi dan efek samping yang berpotensi ditimbulkan oleh si vaksin. Setelah mendapatkan izin dari BPOM, barulah vaksin dapat masuk ke tahap pengenalan untuk dapat diedarkan dan digunakan ke masyarakat umum.
Kandidat Vaksin COVID-19
Sebanyak 10 vaksin Covid-19 sudah memasuki tahap uji klinis fase 3 yakni fase akhir dengan uji coba pada manusia antara lain
Vaksin yang tengah diuji klinis oleh perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer, dan mitra mereka dari Jerman, BioNTech, diklaim dapat mencegah infeksi COVID-19 hingga 90%. Walau belum diuji secara independen, temuan itu dianggap lebih maju ketimbang pengembangan vaksin lain di seluruh dunia, termasuk yang sedang digelar Indonesia. Inovasi Pfizer dan BioNTech masih harus dikaji oleh kelompok pakar independen dan disetujui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Daftar tersebut berdasarkan data landscape vaksin COVID-19 yang dipublikasikan organisasi kesehatan dunia WHO di laman resminya. Sedangkan dua vaksin sudah memasuki uji klinis fase 2 yakni vaksin buatan Anhui Zhifei Longcom, Biopharmaceutical/Institute of Microbiology dan Chinese Academy of Sciences, serta vaksin yang dikembangkan oleh Curevac.
Dari kesepuluh vaksin yang tengah masuk uji klinis tahap akhir itu, 4 vaksin menggunakan metode Non-Replicating Viral Vector, 3 vaksin menggunakan metode inactivated, 2 vaksin menggunakan RNA dan hanya vaksin Novavax yang menggunakan metode protein subunit.
Seberapa Ampuh Vaksin COVID-19 yang Dipesan Indonesia?
Indonesia memiliki komitmen pembelian vaksin jadi dari tiga produsen asal China, antara lain Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac.
1. CanSino
CanSino Biologics Inc yang merupakan perusahaan biofarmasi spesialis vaksin di China, mengembangkan kandidat vaksin Corona bernama Ad5-nCoV bersama tim yang dipimpin pakar penyakit menular dari militer China, Chen Wei. Vaksin Ad5-nCoV merupakan hasil rekayasa genetika dengan adenovirus tipe 5 replikasi sebagai vektor untuk mengekspresikan protein SARS-CoV-2. Sebelumnya dari hasil studi hewan praklinis, Ad5-nCoV menunjukkan hasil yang bisa menginduksi respon imun yang kuat pada hewan saat di uji coba. Uji klinis vaksin Cansino dilakukan di Arab Saudi yang melibatkan setidaknya 5.000 sukarelawan yang berada di negara tersebut.
Begitu juga dengan Meksiko, Rusia, dan Pakistan yang telah menyetujui diadakannya uji coba tahap III. Rusia sendiri mengumumkan tidak adanya efek samping yang dilaporkan setelah diberikannya vaksin. Sedangkan untuk Pakistan, menteri Perencanaan, Pembangunan dan Inisiatif Khusus Asad Umar mengatakan 40.000 orang akan berpartisipasi dalam uji coba yang diadakan di tujuh negara di seluruh dunia, di mana 8.000 hingga 10.000 diantaranya berasal dari Pakistan.
2. Sinopharm
Salah satu langkah pemerintah dalam menangani COVID-19 ini adalah dengan mengadakan kerjasama internasional dengan Sinopharm dengan Kimia Farma bersama Grup 42 dari Uni Emirat Arab. Vaksin produksi Sinopharm ini telah melewati tahap uji klinis fase I dan II pada awal Agustus 2020. Hingga pada 13 Agustus, hasil sementara Fase I yang melibatkan 96 dewasa dan fase II yang melibatkan 224 dewasa. Pada laporan tersebut, tercatat vaksin COVID-19 yang tidak aktif memiliki tingkat efek samping yang rendah dan menunjukkan imunogenisitas, tetapi penilaian keamanan dan kemanjuran jangka panjang akan membutuhkan uji coba fase III.
Bulan Agustus juga dilanjutkan dengan uji coba fase III di beberapa negara, diantaranya, 6000 relawan di Bahrain, 500 relawan di Yordania, dan Brasil. Dan pada 10 September, Sinopharm memulai uji coba Fase III di Peru dengan memvaksinasi total 6.000 orang antara usia 18 dan 75. Pada bulan Oktober, para peneliti mengumumkan bahwa uji coba Fase III akan diperluas untuk memasukkan 6.000 sukarelawan tambahan. Serta pada 16 September, Argentina memulai uji coba fase III terhadap 3000 sukarelawan. Selain itu, Mesir juga membuka pendaftaran untuk sukarelawan uji coba fase III sebanyak 6000 sukarelawan.
3. Sinovac
Sinovac Biotech Ltd., perusahaan yang berbasis di Beijing, China ini merupakan perusahaan biofarmasi yang berfokus pada penelitian, pengembangan, pembuatan dan komersialisasi vaksin yang melindungi dari penyakit menular manusia. Vaksin yang diberi nama CoronaVac ini telah diuji klinis tahap I dan II di China pada Mei 2020 kepada orang dewasa di atas usia 60 tahun dan kepada anak usia 3-17 tahun pada September. Dilanjutkan dengan uji coba vaksin fase III pada 9,000 relawan profesional kesehatan di Brasil dan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Selain Brasil, negara lain, meliputi Chili, Bangladesh, Turki, serta Indonesia juga telah menguji coba tahap III vaksin CoronaVac ini. Di Indonesia sendiri, uji coba vaksin sedang dilaksanakan dari 11 Agustus 2020 hingga kini oleh Bio Farma di Bandung yang melibatkan 1.620 relawan dan 1.074 diantaranya telah mendapatkan dosis kedua. Indonesia juga akan menjadi salah satu negara pertama yang menerima vaksin produksi Sinovac ini.
Brasil sempat menggelar uji klinis Sinovac, tetapi pada Oktober lalu, Presiden Jair Bolsonaro memutuskan untuk tidak membeli vaksin tersebut. Keputusan Brasil membatalkan pembelian Sinovac itu diduga tidak lepas dari unsur politik. Hingga saat ini, belum ada pengumuman seberapa tinggi tingkat efikasi Sinovac. Namun merujuk pengembangan vaksin sebelumnya, menurut virolog sekaligus analis kebijakan publik, Sidrotun Naim efikasi atau keampuhan tidak mesti mendekati 100%. Selama ini 50-60% dianggap cukup. Vaksin buatan Pfizer bisa 90% dengan dua dosis. Cacar air dua dosis juga 97%. Vaksin influenza 46% sudah oke karena tidak dua dosis.
Dalam proses pengembangan vaksin di Indonesia perlu mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Semua proses uji dan tahapan pembuatan vaksin apabila sudah berjalan dengan baik, barulah bisa masuk ke dalam proses persetujuan yang dilanjutkan dengan pembuatan vaksin dalam jumlah besar. Saat ini tahapan vaksin COVID-19 telah memasuki uji klinis fase tiga sehingga tinggal satu tahap lagi untuk sampai pada tahap produksi secara massal.
Pemerintah Terkesan Terburu-buru
Ketika belum ada satupun vaksin COVID-19 yang dinyatakan berhasil oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), temasuk vaksin Sinovac asal China, pemerintah Indonesia justru telah memesan jutaan dosis vaksin itu. Bahkan pemerintah sempat menyatakan, vaksin siap disuntikkan pada masyarakat pada November. Pernyataan yang kemudian diralat pemerintah setelah muncul kegaduhan.
Menurut sejumlah relawan uji vaksin Sinovac di Indonesia, mendapat informasi bahwa uji klinis vaksin Sinovac di Indonesia baru selesai pada Mei 2021. Menanggapi pernyataan dan rencana pemerintah, mereka mengaku bingung dan kecewa saat uji klinisnya belum selesai, namun pemerintah sudah memesan.
Menurut Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartanto, pelaksanaan vaksinasi belum dapat dipastikan, menunggu izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).Sekalipun ia mengakui pengadaan vaksin dari sejumlah negara yang telah selesai melakukan uji klinis akan dilakukan pada bulan Desember.
Pemerintah Indonesia yang dianggap terburu-buru memesan vaksin dalam jumlah yang besar, karena sejauh ini belum ada vaksin yang lulus tahap uji klinis, sehingga, belum diketahui pasti vaksin mana yang benar-benar efektif. Pemerintah menargetkan akhir tahun ini, vaksin akan disuntikkan secara masif kepada masyarakat. Padahal jika dilihat dari agenda uji klinis Sinovac, vaksin tersebut baru dapat direalisasikan bulan Maret 2021. Ketua Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19 mengatakan bahwa vaksin tidak dapat digunakan secara masif meski telah lolos uji klinis. Hal ini merupakan peringatan bagi pemerintah agar lebih berhati-hati lagi dalam mengambil langkah terkait vaksinasi massal. Karena jika pemerintah memesan vaksin Sinovac dalam jumlah besar, yang mana vaksin tersebut belum selesai diuji klinis dan belum melewati tahap pengujian ilmiah dan etis oleh BPOM, dan ternyata vaksin itu tidak efektif dan menimbulkan efek samping yang signifikan, maka upaya pemerintah tersebut akan membuang-buang waktu, tenaga, dan uang. Belum lagi kekeliruan pemerintah akan memicu gerakkan mosi tidak percaya oleh masyarakat karena pemerintah dianggap tidak dapat mengambil langkah bijak terkait dengan penanganan COVID-19.
Vaksin COVID-19 Made in Indonesia
Menurut Presiden Jokowi, dalam waktu yang tidak akan lama lagi Indonesia akan segera menghasilkan vaksin COVID-19 buatan sendiri bernama vaksin Merah Putih. Vaksin COVID-19 tersebut muncul tak lepas dari peran para inovator mengembangkan inovasi di bidang kesehatan. Di sisi lain, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan terkait dengan vaksin, wajar menentukan target, namun harus tetap realistis melihat kondisi yang ada. Dicky memperkirakan, pertengahan tahun depan bisa disebut realistis untuk ketersediaan vaksin dalam negeri. Bahkan, lebih realistis lagi jika vaksin tersedia akhir tahun 2021. Karena sekalipun vaksin Merah Putih made in Indonesia, tetap ada evaluasi tahap awal sampai akhir. Setiap riset vaksin tidak dapat mengabaikan proses itu.
Menurut Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, sejak dikerjakan dari bulan Maret lalu, proses pengembangan vaksin itu kini mencapai sekitar 50% dalam skala laboratorium. Eijkman diberi tenggat 12 bulan untuk menyerahkan bibit vaksin COVID-19 ke perusahaan farmasi milik negara, Bio Farma. Setelah penelitian laboratorium selesai, akan dilanjutkan oleh Bio Farma untuk proses uji klinis fase pertama sampai ketiga. Mungkin sekitar awal tahun 2022 baru tersedia bagi masyarakat. Bagaimanapun, pengembangan vaksin Merah Putih akan menjadi pencapaian ilmu pengetahuan Indonesia karena dikerjakan secara kilat.
Tidak hanya mengembangkan vaksin, para peneliti Indonesia juga berhasil menemukan karya-karya yang dibutuhkan dalam mempercepat penanganan COVID-19. Salah satunya, adalah alat deteksi COVID-19 melalui hembusan nafas yang diberi nama GeNose.
Tahapan dan Rencana Vaksinasi Terhadap Masyarakat Indonesia
Satgas Penanganan COVID-19 di Indonesia telah mengkonfirmasi bahwa saat ini pemerintah sudah mempertimbangkan berbagai aspek untuk pelaksanaan vaksin COVID-19. Mulai dari logistik hingga sumber daya manusia (SDM) vaksinasi. Dari segi logistic, Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan prosedur untuk menjaga suhu vaksin atau cold chain. Cold chain sendiri bertujuan untuk menjaga kualitas maupun efektivitas dari vaksin tersebut. Saat ini rata-rata kesiapan cold chain yang berfungsi di Indonesia telah mencapai 97%.
Tidak hanya itu, dari sisi SDM nya terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, perawat dan bidan juga telah dipersiapkan. Berdasar pada data Kementerian Kesehatan, jumlah SDM yang dipersiapkan saat ini sebanyak 739.722 orang. Serta vaksinator di puskesmas dan rumah sakit sebanyak 23.145 orang. Atau dapat dikatakan secara ratio sebesar 1 : 20 di seluruh Indonesia.
Indonesia membutuhkan 320 juta vaksin corona. Dalam jumlah itu terdapat lima kelompok yang menjadi prioritas penerima vaksin, yaitu
Pemerintah menargetkan akan memberikan vaksin Sinovac kepada 102.451.500 orang kelompok prioritas di Pulau Jawa. Sedangkan vaksin Sinopharm akan disasarkan pada 27 juta orang prioritas di luar Pulau Jawa. Masing-masing orang akan diberikan sebanyak 2 dosis selama 2 kali vaksin dengan jeda waktu 14 hari.
Di DKI Jakarta sendiri, berdasarkan pasal 30 Perda Penanggulangan COVID-19 DKI Jakarta mengatur sanksi pidana denda maksimal Rp 5 juta bagi warga DKI yang menolak vaksinasi COVID-19 nantinya. Namun hal tersebut tentu telah dipastikan nantinya, bahwa vaksin yang akan disuntikkan dijamin keamanannya. Peraturan tersebut dibuat oleh pemerintah daerah agar memastikan kesehatan warga masyarakat DKI.
Menanti Keamanan Vaksin COVID-19 di Indonesia
Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Penny K. Lukito, BPOM siap mengawal mulai dari pemberian persetujuan protokol uji klinis, pelaksanaannya dan evaluasi hasil uji klinis untuk situasi darurat, serta persiapan sarana produksi di Biofarma untuk melakukan transfer teknologi dalam mewujudkan vaksin menjadi produk komersial. Pada kerjasama vaksin Sinopharm - G42 dengan Uni Emirat Arab, saat ini sudah ada kesepakatan. Uni Emirat Arab berkomitmen menyediakan 10 juta vaksin untuk Indonesia. Pada akhir tahun 2020 diharapkan tercapai.
Badan POM sendiri telah mengunjungi Uni Emirat Arab dan menemui kementerian kesehatannya. Melihat uji klinis fase 3 vaksin dilakukan dengan sangat baik dan terorganisir, banyak sekali aspek positif dengan partisipasi 22 ribu peserta dengan keberagaman kebangsaan, ada 119 kebangsaan yang sudah terlibat dalam uji klinis.
Setelah uji klinis fase 3 vaksin Sinopharm, dimungkinkan industri farmasi Indonesia menjadi bagian dari transfer teknologi produksi vaksin tersebut. Penny melihat ada peluang kerjasama pengembangan industri vaksin antara Uni Emirat Arab dan Indonesia. Bahkan dalam waktu dekat akan dikembangkan MoU antara BPOM dan kementerian kesehatan Uni Emirat Arab yang akan memastikan kecepatan akses vaksin melalui proses regulasi yang lebih terarah dan memenuhi standar internasional.
Badan POM juga dapat mengeluarkan emergency use of authorization atau izin untuk dapat digunakan apabila kerja sama internasional tersebut mengalami hambatan. Emergency Use Authorization (EUA) yang belakangan ini mengemuka dalam pembahasan vaksin COVID-19, merupakan izin yang bersifat sementara. Sesuai dengan namanya, ini untuk emergency use (penggunaan yang mendesak) saja. Sehingga EUA berbeda dengan izin edar. Izin edar dikeluarkan apabila obat atau vaksin telah tuntas menjalani uji klinis tahap satu, dua dan tiga.
Jadi untuk jangka panjang diperlukan izin edar. Jika izin edae sudah keluar tidak ada masalah lagi. Selain tidak permanen, EUA biasanya hanya digunakan untuk pemakaian obat atau vaksin bagi kalangan tertentu saja. Misalnya, vaksin untuk diberikan kepada militer, tenaga kesehatan atau kelompok tertentu lain.
Perkiraan Harga Vaksin COVID-19 di Indonesia
Menurut Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Honesti Basyir, harga vaksin Covid-19 dari Sinovac di Indonesia tidak akan memberatkan karena akan berada dikisaran Rp200.000 per dosisnya. DI sisi lain, kabar terbaru dari Brasil, harga jual vaksin tersebut hanya US$1,96 atau sekitar Rp28.000an (kurs Rp14.500). Artinya, dengan kebutuhan dua kali vaksin, maka biaya vaksin di sana hanya sekitar Rp56.000 saja. Tentunya ini merupakan harga yang sangat murah. Dugaan harga ini muncul setelah João Doria, Gubernur negara bagian Sao Paulo, mengumumkan telah menandatangani kontrak US$90 juta untuk menerima 46 juta dosis vaksin potensial dari Sinovac.
Menurut Honesti biaya pengiriman tiap dosis vaksin buatan Sinovac sekitar US$2. Terlebih, Bio Farma telah mengklarifikasi berita tersebut ke pihak Sinovac dan sudah menerima surat elektronik resmi dari Sinovac yang isinya membantah informasi dalam pemberitaan tersebut.
Menjawab Keraguan Soal Kehalalan Vaksin
Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, pemerintah terus memastikan kehalalan vaksin COVID-19 Sinovac asal China. Sejumlah pihak seperti tim dari MUI, Badan POM, dan Biofarma telah dikirim ke Negeri Tirai Bambu itu untuk mengunjungi lokasi pembuatan vaksin dan memastikan kehalalannya. Menurut Wiku, jika vaksin sudah dinyatakan lolos uji klinis dan dipastikan halal oleh MUI, vaksin menjadi layak digunakan. Namun demikian, Wiku memastikan, hingga saat ini proses pengujian tersebut belum tuntas. Hasil uji klinis dan kehalalan vaksin akan diumumkan ke masyarakat sehingga pertanyaan publik terjawab.
Kesimpulan
Penyebaran virus COVID-19 yang terus berlanjut dan semakin tidak terkendali menyadarkan kita betapa pentingnya vaksin untuk mengatasi pandemi. Adanya vaksin diharapkan dapat menjadi solusi untuk menyudahi pandemi ini. Dalam pengembangan vaksin COVID-19 tentu perlu diteliti dengan tepat dan aman agar tidak membahayakan masyarakat yang akan disuntikkan vaksin tersebut. Oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dan tepat dari pemerintah dalam menetapkan dan mendistribusikan vaksin kepada masyarakat Indonesia. Vaksinasi yang sukses adalah vaksin yang aman dan efektif secara medis serta diikuti persiapan penyelenggaran yang matang. Untuk itu dalam menanti proses vaksinasi, masyarakat diharuskan tetap melaksanakan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta terus bersabar menanti kepastian ketersediaan vaksin COVID-19 karena pembuatannya yang memerlukan waktu.
REFERENSI
https://www.who.int/newsroom/qa-detail/q-a-coronaviruses.
https://doi.org/10.7774/cevr.2017.6.1.22
https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/05/172000865/ini-5-kelompok-masyarakat-yang-diprioritaskan-mendapat-vaksin-covid-19?page=all
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54869057
https://farmasetika.com/2020/10/19/fakta-3-jenis-vaksin-covid-19-dari-china-untuk-vaksinasi-91-juta-orang-indonesia/
https://money.kompas.com/read/2020/10/13/131131426/bio-farma-pastikan-harga-vaksin-covid-19-di-kisaran-rp-200000?page=all
https://nasional.kompas.com/read/2020/11/12/20530741/pastikan-kehalalan-vaksin-covid-19-mui-ke-china?page=all