Awal tahun 2020, dunia digemparkan oleh pandemi COVID-19. Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir 2019 lalu. Penyebaran virus yang belum ditemukan penawarnya itu hingga kini tak terkendali. Sudah 200 lebih negara di dunia melaporkan adanya kasus terpapar virus corona.
Di Indonesia kasus ini pertama kali ditemukan pada dua warga Depok, Jawa Barat pada awal Maret lalu. Data hingga Selasa,19 September 2020 jumlah warga di Indonesia yang dinyatakan positif terkena virus corona mencapai 282.724 orang, 61.686 orang di rawat, 210.437 orang sembuh dan 10.601 orang di antaranya meninggal dunia.
Cepatnya penyebaran COVID-19 di Indonesia dikarenakan salah satu faktornya ialah masih banyak warga yang tak mengikuti himbauan untuk tetap di rumah dan tidak mematuhi protokol kesehatan yang sudah diberitahukan oleh pemerintah. Maka, disini kami (BEM UNTAR) membuat kajian tentang peralatan pelindung diri disaat pandemi COVID-19.
HAND SANITIZER
Hand sanitizer kini tentu menjadi salah satu barang yang tak boleh absen dibawa ketika bepergian sejak virus COVID-19 ini menyebar. Setiap kali selesai menyentuh benda, sebagian dari kita tentu telah refleks menyemprotkan hand sanitizer sebagai ganti ketika tidak dapat mencuci tangan dengan sabun.
Di kala pandemi ini, kebersihan tangan merupakan salah satu pokok penting dalam pencegahan penyebaran virus COVID-19. Oleh karenanya, cairan pembersih tangan mengandung 60% alkohol ini kerap sekali digunakan untuk membunuh virus-virus dari benda-benda asing yang kita sentuh.
Tapi apakah selama ini Anda yakin telah menggunakan Hand Sanitizer itu secara benar dan tepat?
Berdasarkan penelitian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penggunaan hand sanitizer akan efektif jika menggosokkan setidaknya 30 detik di permukaan tangan. Pastikan kuku dan jari tangan terkena hand sanitizer dan jangan sampai ada bagian telapak tangan yang kering. Dalam 30 detik tersebut, virus ditemukan “tidak aktif secara efisien”. Namun perlu diketahui penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) tersebut menggunakan formula hand sanitizer yang mengandung 80% ethanol atau 75% isopropil alkohol sebagaimana yang disetujui oleh WHO.
Panduan lain yang disusun oleh CDC, adalah ketika yang digunakan adalah hand sanitizer bentuk gel maka penggunaan yang efektif adalah mengoleskan gel tersebut ke salah satu tangan, kemudian menggosokkan secara bersamaan pada kedua tangan. Anda juga harus memastikan untuk menggosok seluruh telapak tangan hingga sela-sela jari. Jangan sampai ada bagian telapak tangan yang kering. Jangan membilas atau menghapus cairan hand sanitizer sebelum kering.
KAPAN HAND SANITIZER DIGUNAKAN?
Penggunaan hand sanitizer yang terlalu sering nyatanya juga tidak dianjurkan karena menyebabkan kuman menjadi resisten. Berdasar Surat Edaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, setelah menggunakan hand sanitizer lima kali berturut-turut, tangan harus tetap dicuci dengan air mengalir untuk mencegah resistensi antiseptik. Selain itu residu kuman yang sudah mati masih tetap menempel di tangan. Maka dari itu pada akhirnya, tetap harus dibersihkan menggunakan air dan sabun ketika sudah tersedia akses yang memadai untuk mencuci tangan.
Namun bagaimanapun semprotan hand sanitizer juga tak seefektif mencuci tangan dengan sabun. Karena itu cara terbaik mencegah penyebaran virus COVID-19 tetap dengan mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun selama 20 detik. Hand Sanitizer sebenarnya hanya menonaktifkan kuman, bukan menghilangkannya dari tangan.
Kesimpulan
COVID-19 di Indonesia semakin merajalela bahkan sudah banyak memakan korban jiwa. Sehingga sudah seharusnya kita menaati himbauan pemerintah untuk di rumah saja guna memutus rantai penyebaran virus ini. Kemudian, tidak lupa juga untuk selalu mematuhi aturan pemakaian peralatan pelindung diri sesuai dengan himbauan yang dianjurkan dimulai dari masker, disinfektan, bahkan hand sanitizer. Sebagai bentuk kesadaran diri akan pentingnya penggunaan protokol perlindungan diri, semoga kajian ini bermanfaat dan meningkatkan kepedulian kita terhadap diri sendiri dan orang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200401120549-284-489052/sebelum-membeli-kenali-jenis-masker-dan-beda-kegunaannya
https://www.google.co.id/amp/s/prfmnews.pikiran-rakyat.com/nasional/amp/pr-13780041/ini-syarat-masker-sni-yang-ditetapkan-bsn
https://www.google.co.id/amp/s/portalsurabaya.pikiran-rakyat.com/nasional/amp/pr-22762762/kemenkes-larang-penggunaan-masker-scuba-dan-buff-intip-3-masker-rekomendasi-who
https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/lifestyle/read/2020/06/05/083747120/face-shield-atau-masker-mana-lebih-efektif-tangkal-covid-19
https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/24/092800865/6-daerah-yang-berlakukan-denda-bagi-mereka-yang-tak-pakai-masker?page=all#page2
https://news.detik.com/berita/d-4956764/penyebab-asal-mula-dan-pencegahan-virus-corona-di-indonesia
https://today.line.me/id/v2/article/5+Resep+Disinfektan+yang+Bisa+Dibuat+Sendiri+di+Rumah-mmp0Qw
https://fumida.co.id/cara-menggunakan-desinfektan/
https://www.cdc.gov/handwashing/show-me-the-science-hand-sanitizer.html
https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/formaldehyde/
https://www.academia.edu/25963762/DESINFEKTAN
MASKER
Penggunaan masker merupakan salah satu upaya pencegahan penyebaran virus Corona (COVID-19) dan salah satu himbauan yang paling sering diingatkan pemerintah kepada masyarakat. Namun, tidak sedikit juga masyarakat yang masih menganggap sepele salah satu protokol kesehatan ini.
Jenis-Jenis Masker:
1. Masker N95
Walaupun harganya cenderung mahal, tetapi masker N95 efektif dalam mencegah penularan COVID-19. Seperti namanya masker N95 dapat mencegah 95% partikel-partikel di udara.
Kelebihan: Tidak hanya menghalau percikan air liur masker ini juga dapat menghalau partikel kecil di udara yang berpeluang mengandung virus.
Kekurangan: Masker N95 juga tidak disarankan untuk penggunaan sehari-hari karena dapat membuat pemakai sulit bernapas dan gerah.
2. Masker Bedah 3ply
Keefektifan dari masker bedah 3ply hanya 80-95%. Selain itu, masker ini memiliki 3 lapisan yang efektif menyaring droplet yang keluar dari pemakai.
3. Masker Kain 3 Lapis
Masker ini memiliki 3 lapisan kain yang memiliki efektivitas minimal yakni 50-70% yang bisa digunakan secara sehari-hari.
Namun, perlu diingat bahwa masker di samping harus segera diganti jika sudah mencapai batas jam penggunaan, agar keefektifannya tetap terjaga.
MENGAPA PENGGUNAAN MASKER SCUBA & BUFF DILARANG OLEH PEMERINTAH?
Jenis scuba dan buff ternyata bahaya digunakan karena 2 jenis masker tersebut memiliki efektivitas antara 0-5%, angka ini jauh di bawah masker kain tiga lapis dengan persentase efektivitas 50-70% sehingga tidak mampu mencegah droplet.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito menghimbau masyarakat untuk tidak menggunakan masker scuba dan buff dikarenakan lapisan nya yang sangat tipis sehingga kemungkinan untuk menyebarkan dan menghirup nya lebih besar yang mana sangat berbahaya dalam upaya menghindari virus COVID-19 ini.
STANDAR NASIONAL INDONESIA UNTUK MASKER
Pemerintah telah menetapkan SNI masker kain. Kebijakan itu diharapkan bisa mengatasi polemik penggunaan masker scuba. Menurut Menteri Perindustrian atau Menperin, Agus Gumiwang Kartasasmita, SNI masker kain ini dirumuskan untuk menjaga kualitas dan melindungi masyarakat secara optimal dari penularan wabah COVID-19, mengingat masker kain kini menjadi alternatif di tengah keterbatasan masker medis.
Nomor SNI masker kain adalah 8914:2020 untuk kategori Tekstil - Masker dari kain, ditetapkan melalui Keputusan Kepala BSN Nomor 408/KEP/BSN/9/2020:
Sementara pengujian yang dilakukan, diantaranya:
Aturan Pengemasan dan Penandaan:
Kemasan minimal diberi keterangan:
Merek
Negara pembuat.
Jenis serat setiap lapisan.
Label "cuci sebelum dipakai".
Petunjuk pencucian.
Tipe masker dari kain.
Ciri - Ciri Masker Kain yang Sesuai SNI:
Harus memiliki minimal dua lapis kain. Kombinasi bahan yang paling efektif digunakan adalah kain dari serat alam seperti katun, ditambah dua lapisan kain chiffon mengandung polyester-spandex yang mampu menyaring 80-99 persen partikel, tergantung pada ukuran partikelnya.
CARA MENGGUNAKAN & MELEPASKAN MASKER YANG BAIK
Source: cnnindonesia.com
MASKER vs FACE SHIELD
Penggunaan pelindung wajah seperti masker dan face shield kini marak digunakan sejumlah orang untuk melindungi diri dari COVID-19. Namun, sebenarnya mana yang lebih efektif melindungi?
Virus COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan (droplet) baik dari mulut ataupun hidung, penggunaan masker dapat melindungi bagian hidung dan mulut kita dari terkena droplet dari orang lain ataupun sebaliknya, mencegah kita untuk menularkan ke orang lain.
Sedangkan desain dari face shield sendiri memiliki celah antara wajah dan pelindung artinya bahwa pemakainya masih bisa melepaskan/menerima droplet. Tidak seperti masker.
Artinya penggunaan face shield saja tidak akan efektif untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Jadi, orang yang menggunakan pelindung wajah (face shield) akan lebih mungkin untuk menyebarkan COVID-19 kepada orang lain dibandingkan dengan orang yang memakai masker.
Akan lebih baik jika kita menggunakan double proteksi dengan cara menggunakan masker lalu dilindungi dengan penggunaan face shield. Minimal kita wajib menggunakan masker untuk memproteksi diri kita sendiri dan untuk orang lain.
SANKSI JIKA TIDAK MENGGUNAKAN MASKER
Instruksi Presiden Nomor 6/2020 yang menyatakan bahwa Kepala Daerah berhak memberikan sanksi kepada masyarakat yang tidak menggunakan masker atau melangar protokol kesehatan. Regulasi itu menyatakan bahwa kewajiban mematuhi protokol kesehatan dikenakan kepada perorangan, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab fasilitas umum.
Sanksi-sanksi yang dapat diberikan berupa:
Para Kepala Daerah dapat menetapkan sanksi-sanksi itu melalui peraturan yang disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing daerah.
Berikut beberapa daerah di Indonesia yang berlakukan denda bagi yang tidak menggunakan masker:
1. Bantul
Denda berlaku setelah adanya Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 79 Tahun 2020. Sanksi yang diberikan mulai dari teguran, larangan memasuki lokasi kegiatan masyarakat, pembinaan bersifat edukatif, tak diberikan pelayanan publik dalam waktu 14 hari, hingga denda administratif. Denda yang dikenakan sebesar Rp. 100.000.
2. Lebak
Termuat dalam Perbup Lebak Nomor 28 Tahun 2020. Sanksi yang diberikan yakni membersihkan sarana fasilitas umum dengan menggunakan tanda khusus. Serta membayar denda administratif sebesar Rp. 150.000.
3. DKI Jakarta
Sesuai aturan Pergub Nomor 60 Tahun 2020, sanksi yang diberikan yaitu penindakan kerja sosial dan denda sebesar Rp. 250.000.
4. Jawa Barat
Pemprov Jawa Barat memberlakukan denda bagi warga yang tidak memakai masker di tempat umum. Besaran denda yang dikenakan yaitu Rp. 100.000 - Rp. 150.000.
5. Gresik
Diatur dalam Perbup Gresik Nomor 22 Tahun 2020, ada dua jenis sanksi diberikan kepada masyarakat yang tak mengenakan masker di tempat umum. Sanksi itu berupa kerja sosial dengan membersihkan fasilitas umum atau denda administratif sebesar Rp 150.000.
6. Banjarmasin
Pemerintah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, memberlakukan denda uang sebesar Rp 250.000 bagi warganya yang tidak mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
DISINFECTANT
Pada situasi (Pandemi Virus Corona) saat ini disinfectant wajib digunakan setelah bepergian dari luar rumah dan atau untuk benda-benda yang ada di rumah, karena untuk membunuh virus-virus dan kuman yang menempel di tubuh kita dan benda-benda disekitar kita. Disinfectant adalah kimia yang mempunyai sifat bakteriostatik dan bakterisidal. Disinfectant bisa digunakan untuk membunuh virus, bakteri, dan kuman. Berbagai mikroorganisme yang tidak terlihat itu bisa dimusnahkan dengan cara menyemprotkan cairan disinfectant tersebut. Tetapi, disinfectant ini hasilnya hanya bertahan sementara dan efektivitasnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain itu, jika salah pada saat menggunakannya. Ada banyak sekali bahaya yang mengintai.
Jadi, bagaimana sih cara menggunakan disinfectant yang baik dan benar?
Agar pada saat disinfectant digunakan secara aman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
A. Perhatikan area yang disemprot
Hal yang diperhatikan sebelum menyemprotkan cairan disinfektan adalah melihat sekeliling terlebih dahulu. Apakah terdapat benda-benda yang akan dipakai untuk keperluan mengkonsumsi makanan atau tidak. Misalnya, untuk memasak, bahan makanan, dan peralatan untuk makan dan minum. Agar makanan aman terhadap virus, bakteri, dan kuman. Hendaknya proses memasak hingga penyimpanannya dilakukan secara higienis.
B. Dilakukan secara rutin
Selain memperhatikan are yang disemprot selanjutnya dilakukan secara rutin. Apalagi, pada saat ada benda atau barang baru yang masuk kedalam rumah. Benda tersebut wajib disemprot cairan desinfektan. Bukan hanya benda, jika ada keluarga atau tamu yang datang ke rumah lakukanlah penyemprotan cairan desinfektan. Penyemprotan cairan disinfectant sebaiknya dilakukan satu kali sehari. Cara ini dapat dilakukan pada remot, tombol lampu, gagang pintu, pagar, permukaan meja, setir motor, setir mobil, dan handphone. Sebab penelitian terbaru mengungkapkan bahwa virus COVID-19 bisa bertahan beberapa jam di permukaan benda mati.
C. Semprot atau lap
Selain bisa diterapkan dengan cara disemprot, juga bisa menggunakan lap microfiber. Bila baru menerapkan disinfectant pertama kali di rumah,sebaiknya melakukan pembersihan secara menyeluruh ke seluruh sudut rumah. Mulailah dari permukaan barang yang sering disentuh atau digunakan. Khusus untuk bahan-bahan yang digunakan untuk memasak atau benda-benda untuk mengkonsumsi makanan pemakaian sabun cuci sudah lebih dari cukup.
Faktor apa yang dapat menentukan efektivitas disinfectant?
1. Faktor Mikroba
Mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat oleh mikroskop. Mikroba ada yang bersel tunggal (uniseluler) dan ada juga yang bersel banyak (multiseluler). Mikroba yang bersel tunggal misalnya bakteri, protozoa, dan virus. Mikroba juga ada yang berupa jamur dan ganggang. Mikroba berperan sebagai pengurai bahan-bahan organik. Mikroba dapat bermanfaat di bidang pangan, pengobatan, dan industri. Namun ada juga beberapa mikroba yang merugikan karena bisa menyebabkan penyakit.
2. Faktor Peralatan Medis
Bisa ga sih kita membuat disinfectant sendiri? Apakah mudah atau sulit?
Dengan meledaknya pasien kasus COVID-19, banyak orang yang mencari produk disinfectant. Alhasil, mencari barang yang satu ini pun jadi sulit sekali. Sekalipun ada yang tersedia, namun harganya tak jarang malah melangit. Di sini pun kami (BEM UNTAR) akan memberikan tips untuk membuat disinfectant dengan mudah.
1. Disinfectant untuk berbagai jenis lantai.
Menyemprotkan disinfektan memang bisa di mana-mana. Namun jika menggunakan bahan yang tidak sesuai, bisa merusak lantai. Apalagi, jika lantai rumah menggunakan kayu atau vinyl. Untuk itu, ada resep desinfektan yang bisa digunakan di lantai. Sedangkan jenis permukaan yang bisa menggunakan resep ini adalah kayu, parquet, vinyl, linoleum, dan lantai keramik.
Berikut resepnya:
Campurkan semua bahan di dalam baskom atau mangkuk dan aduk hingga rata. Setelah itu masukkan ke dalam botol dengan tutup spray. Semprotkan ke lantai dan dilanjutkan dengan mengepel dengan kain.
2. Disinfectant untuk membersihkan toilet.
Resep satu ini cocok untuk membersihkan area kamar mandi atau toilet. Harap diperhatikan karena ini menggunakan boraks yang tidak boleh termakan. Jadi simpan jauh dari jangkauan anak-anak.
Berikut resepnya:
Masukkan semua bahan dalam botol dan kocok sampai tercampur rata. Semprotkan ke kain dan diamkan kain tersebut selama 10 menit sebelum menggunakannya untuk mengelap.
Sedangkan jika menggunakan untuk membersihkan kamar mandi, Semprot dan diamkan selama beberapa jam sebelum menyikat atau menyiramnya dengan air.
3. Disinfectant paling mudah dibuat.
Najwa Shihab sempat membagikan juga cara membuat disinfektan mandiri di rumah dari dokter Nahla Shihab. Produk Bayclin jadi pilihan karena mengandung sodium hypochlorite (natrium hipoklorit). Namun kandungan konsentrasi yang dibutuhkan berbeda, maka dari itu diperlukan untuk pengenceran yang sesuai.
Berikut resepnya:
Campur kedua bahan tersebut dan tempatkan di wadah dengan tutup semprot. Gunakan di tempat-tempat yang sering disentuh orang seperti gagang pintu, keran, saklar lampu, dan lainnya.
Disinfektan ini juga bisa digunakan untuk area dapur seperti kompor, serta area kamar mandi seperti toilet. Pastikan untuk mengelapnya dengan air bersih agar tidak bermasalah jika tersentuh anak-anak.
4. Disinfectant alami untuk anak.
Bagi orang tua yang masih memiliki anak kecil dan tidak mau menggunakan bahan yang sekiranya memiliki efek samping negatif untuk mereka, maka bisa mencoba resep ini. Disinfectant ini menggunakan kemampuan minyak esensial untuk membunuh kuman dan bakteri di aneka wadah. Oleh karena itu, gunakan minyak essential yang berkualitas untuk mendapatkan efek maksimal.
Berikut resepnya:
Masukkan semua bahan ke dalam botol dan kocok sampai semua tercampur dengan baik. Kalian bisa menyemprotkan disinfektan ini ke wadah mana saja dan seka dengan kain bersih. Pastikan untuk mengocoknya setiap sebelum menggunakan untuk hasil yang sempurna.
5. Kain disinfectant buatan sendiri.
Menggunakan tisu basah yang mengandung bahan aktif untuk menghilangkan kuman dan bakteri memang ringkas. Namun efek sampingnya, akan banyak sampah terbuang begitu saja. Kenapa tidak mencoba membuat yang sejenis, namun lebih ramah lingkungan. Kamu bisa membuat kain/tisu disinfektan yang bisa digunakan kembali.
Berikut resepnya:
Siapkan toples dan masukkan semua bahan resep kedalamnya dan aduk hingga rata. Kemudian masukkan kain dan susun dengan baik. Tekan kain sampai terendam dengan air desinfektan. Gunakan untuk mengelap area apa saja seperti meja makan, area main anak, atau area dapur. Setelah menggunakan, cuci bersih kainnya dan bisa digunakan kembali. Desinfektan berbahan dasar aman untuk anak, dan bahan yang ramah lingkungan. Itulah beberapa resep desinfektan yang bisa dibuat sendiri. Kalian bisa memilih mana yang paling cocok untuk digunakan di rumah.